Lalu kepada siapa diri ini meluapkan cerita sederhana tentang keresahan yang baginya tidak sederhana?

&%$#@

Rindu masih terkatung katung di langit-langit ruangan

#####

Sesekali istirahatkanlah motormu, rehatkanlah sepedamu

Cobalah berjalan di bawah terangnya purnama

Nikmatilah setiap langkah yang kau jejakkan

Bisa jadi di jalan sebelah rumah kau temui definisi cinta tanpa pamrih

Monokrom; Konco Kenthel dan Pihak Ketiga

20 Desember 2016. Ini adalah hari yang spesial bagi gue. Yup, hari ini gue ulang tahun. Selamaaatt,, yeeaaayyy. Tambah tua, pasti. Tambah makmur, mungkin. Tambah kece, yaa masih mungkin juga. Oke, yang jelas hari ini umur gue nambah satu, sebut saja 17+. Apa yang spesial dari ulang tahun gue? Emm... Krik krik. Ucapan bertubi-tubi di beberapa grup sosmed, ucapan langsung, emm simpelnya itu yang spesial. Jadi seenggaknya timeline gue rame lah yah. Tapi fyi, gue bakal menceritakan kejadian H- sekian jam sebelum hari menginjak tanggal 20. Mari kita simak.

Sekitar pukul sembilan malam lebih sekian waktu Indonesia bagian kos gue, gue merasakan sesuatu yang aneh.

Bintang Redup dan Sepucuk Surat Cintanya

Jika kau tak suka gunung untuk kau tapaki, tak apa. Masih ada Pantai yang ombaknya mampu meredakan ego bila kau dengarkan. Namun jika kau tak suka pantai, pun tak apa.

Batu Agung Punya Cerita

Waktu itu kira-kira pukul 10 malam lebih sekian waktu home sweet home, ada sebuah pesan di henpon keramat gue, kurang lebih isinya begini.

Mengenai Sebuah Rasa

Apakah bisa sebuah perasaan dibuat dengan rangkaian kata yang mengalir setiap kali ia bersua?

Apakah bisa ketika hadir kemudian ia menjelma menjadi sebuah jawaban dari penantian yang telah lama?

Apakah bisa?